Benarkah cinta......???

Beberapa hari ini saya sering membaca tulisan-tulisan yang bertemakan CINTA.
Cinta adalah harga mati. Cinta adalah sesuatu yang menjadi syarat wajib,
jika tidak ada cinta maka tidak jadi. Cinta adalah nyawa, jika tidak ada cinta maka akan mati.
Tapi benarkah cinta telah menjadi nyawa atas hubungan suami istri di dunia ini?

Membaca tulisan mereka tentang cinta, seperti merasa mereka telah hidup beribu tahun di dunia ini. Tapi saya terka saja, yang menulis belum sampai sampai 30-anlah umurnya.
Cinta dijabarkan sangat gampang dan simple sekali, cinta itu adalah rasa, bukan logika.
Kalau tidak ada cinta, maka akan kacau jadinya. Ya mungkin memang begitu bagi sebahagian orang. Apalagi bagi penikmat sinetron dan siaran infoTAIment. Pemikiran seperti ini sangat gampang sekali diterima.

Oh iya, tulisan ini hanya ditujukan bagi hubungan untuk ke jenjang pernikahan. Kalau untuk
pacaran. Mohon maaf tidak tersedia ruang di dalam tulisan ini.

Mari kita pegang erat-erat syarat utama itu, yaitu cinta. Peganglah seperti memegang
bara. Kalau nanti terasa panas cepat lepaskan. Karena selanjutnya kita akan membicarakan masalah ini dengan berpahit pahit. Kita akan membicarakannya secara blak-blakan.
Tentu saja berdasarkan apa yang telah kita yakini selama ini.
Tapi sebelum itu, marilah kita bershalawat kepada nabi besar kita, Nabi Muhamamd SAW.

Allohummasholli’ala Muhammad wa’alaali Muhammad.

Apa yang menjadi dasar dalam memilih pasangan, seperti yang disarankan oleh nabi, marilah kita tinjau hadist ini.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena agamanya, nasabnya, hartanya dan kecantikannya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat (HR. Bukhari, Muslim)

Hadist diatas shahih, hampir seluruh ulama mengatakannya. Jika anda bukan ahli perbandingan hadist, Terima saja hadist itu shahih bulat-bulat. Kalau tidak pertanyakanlah iman anda, pertanyakan islam anda. Atau kalau perlu carilah agama baru, kalau ternyata hadist diatas sudah tidak relevan lagi.

Ada empat kriteria disana: agama, nasab, harta dan kecantikan. Saya tidak melihat ada kata kata cinta disana. Lalu kenapa sebahagian orang menjadikan cinta sebagai dasar utama.?
Sehingga seolah-olah tanpa cinta tidak akan bahagia. Tidak tahu. Tapi jika pernyataan diatas salah, apakah kita akan berkata nabi telah keliru?

Sekali lagi, marilah kita bershalawat kepada nabi.

Allohummasholli’ala Muhammad wa’alaali Muhammad.

Lalu dimanakah letaknya cinta dalam hubungan ini? Apakah nabi lupa bahwa dalam berhubungan itu butuh cinta? Hmm, marilah kita telaah ayat ini, ayat yang langsung dari Allah.
Ayat Al-quran, bukan hadist. Kalo hadist anda bisa saja bilang kurang shahih, tapi ini Al-quran.
Saya rasa anda sudah tahu bagaimana seharusnya anda bersikap dengan Al-quran.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar-Ruum : 21)

Coba, baca ayat diatas, disana Allah sendiri berkata, akan diturunkanNya kasih sayang
kepada suami istri. Kasih sayang, adalah kata yang menjadi nama besar Allah.
Ar-rahman dan Ar-rahim. Kata-kata yang sering diulang dalam Al-quran. Kata-kata yang dengan kata itu Allah sering mengenalkan dirinya kepada makhluk-Nya. Apakah kurang jaminan itu bagi anda? Apakah anda mau mendebat kasih sayang tidak sama dengan cinta? Kalau anda merasa cinta lebih besar, sekarang tunjukkan apakah ada asmaul husna Allah yang berarti Sang Maha Pecinta?

Tapi ada sedikit pertanyaan, disana dikatakan kasih sayang akan diturunkan kepada suami istri.
bukan kepada calon suami istri. Menikah dulu baru dikasih kasih sayang. Menikah dulu baru cinta akan tumbuh didalamnya. Begitu bahasa mudahnya. Tapi sekarang tergantung anda, Anda bisa percaya Allah atau tidak. Kalau tidak bisa, seperti yang saya singgung diatas tadi, alangkah baiknya dipertimbangkan untuk mencari kepercayaan baru. Tapi itu bukan pula berarti harga mati. Jika menikah karena sudah ada cinta di dalamnya, alangkah baiknya.

Terus, masih setali tiga uang, ada juga yang khawatir tentang masalah uang dan riziki.
Ada yang takut ketika menikah akan kekurangan rizki. Mari sekali lagi kita lihat jaminan dari Allah SWT.

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.(QS. An-Nur : 32)

Nah sekali lagi, Allah menjamin, kalau kamu miskin Allah akan memampukanmu.
Jadi tidak ada cerita, kalau menikah akan sengsara. Kalau menikah kamu tidak akan makan, kurang riziki, kurang gizi dan segala macamnya.

Akhirnya, saya simpulkan bahwa dalam masalah ini kita harus berpegang kepada
Yang MAha Kuasa, jika bepegang kepada hal yang abstrak, maka semuanya akan sia-sia.
Percayalah kepada nabi, percayalah kepada syarat yang ditentukannya. Yakinlah kepada Allah
dan kepada semua yang dijanjikannya.

Jodoh memang ditangan Tuhan, tapi harus dicari.
Jodoh memang ditangan Tuhan, tapi bukan kita yang menentukan.
Karena kita makhluk , kita tidak usahlah ikut campur urusan Allah.
Sadarlah dengan posisi kita sebagai makhluk!
Yang penting berusaha, sebagai mana yang dituntun oleh agamaNya.