When I falling in love…

Yah, ketika pertama kali saya mendengar nama itu, saya langsung jatuh cinta. Setelah beberapa bulan lamanya hanya berbagi ’cinta’ dengan My Diary, akhirnya saya menyadari kalau ternyata ada sesuatu yang menarik di Yogyakarta ini. Sesuatu yang mungkin bisa menjadi teman saya untuk berbagi dan bercerita tentang ’cinta’. Yah, mungkin inilah yang dikatakan cinta pada pandangan pertama, 1st love at 1st sight.


First love at first sight. Rasa cinta itu mulai hadir di awal bulan April 2005. Rasa cinta itu muncul tiba-tiba, dia hadir di tengah-tengah padatnya laporan praktikum. Dia hadir begitu saja, memecah konsentrasi saya ketika mengerjakan laporan. Dia menemani saya kapanpun dan dimanapun saya berada. Mungkin seperti itu yah yang dirasakan oleh orang yang sedang jatuh cinta.

Entahlah, apakah saya akan ’menembak’nya atau tidak, katakan cintamu atau biarkan saja terpendam dalam hati. Apakah saya hanya akan menjadi Secret Admirer seperti Mocca ataukah Pemuja Rahasia seperti Sheila On 7. Entahlah, biar waktu yang akan menjawabnya.Bingung. Resah. Saya pun memutuskan untuk mengenalnya lebih dekat. Tetapi setelah beberapa hari PDKT, atau dalam bahasa kerennya ta’aruf. Saya memutuskan untuk mengatakan cinta. Saya tidak ingin menodai cinta ini dengan pacaran terlebih dahulu, lebih baik saya segera ’menembak’nya atau ’melamar’nya atau mungkin dalam bahasa gaulnya, khitbah. Seperti dalam buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan (NPSP), saya rasa itulah yang terbaik untuk saya lakukan.

Dan dia pun tidak menjawabnya langsung. Dia meminta waktu untuk menjawab balasan dari cinta saya. Yah, hanya ada dua pilihan untuknya, menerima saya apa adanya atau menolak cinta saya. Mungkin ta’aruf itu terlalu singkat, saya kurang mengenalnya lebih dekat. Persiapan saya nampaknya terlalu minim, bahkan kurang. Suasana ’penembakan’ itu bahkan tidak romantis sama sekali.

Yah, saya pun hanya bisa berdoa agar cinta ini mendapatkan balasan yang terbaik. Alhamdulillah jika diterima dan jikalau tidak, cintaku tak harus miliki dirimu. Yah, cinta tak harus saling memiliki.


Cinta tak berbalas…

Di tengah penantian jawaban itu, penantian akan diterimanya atau ditolak cinta itu, saya mencoba untuk menenangkan diri. Ternyata tidak hanya saya seorang yang berharap cemas pada saat itu. Perasaan itu ternyata juga dirasakan oleh para pejuang cinta lainnya. Dan akhirnya, cinta itu sendiri yang memilih pasangannya. Cinta itu sendiri yang berkata jujur kepada saya dan yang lain. Yah, garis takdir antara saya dan cinta itu ternyata tidak dipertemukan-Nya.Yah, cinta itu tak berbalas. Seperti yang sudah saya perkirakan di awal, lamaran cinta saya ditolak begitu saja. Mungkin proposal saya kurang menarik, atau mungkin karena saya benar-benar belum siap untuk ’jadian’ dengannya. Yah, rasa sedih itu pasti ada. Kekecewaan pun datang dengan sendirinya. Tetapi, seperti dalam buku Don’t Cry, tidak boleh ada duka yang berlebih. Allah SWT lebih mengetahui apa yang terbaik untuk saya dan dirinya. Hanya masalah waktu atau mungkin orang menyebutnya, belum jodoh. Yah, cinta itu tak berbalas. Terkadang hati saya masih bertanya, apakah kita memang tidak sekufu hingga cinta itu tak berbalas. Yah, akhirnya saya pun memutuskan untuk melupakannya. Membiarkan cinta itu pergi untuk sementara waktu atau untuk selamanya. My diary, nampaknya hanya engkau teman terbaik saya untuk bercerita dan berbagi. Dan cinta itu, baru ku sadari, cintaku bertepuk sebelah tangan. Kau buat remuk seluruh hatiku. Pupus.


Ketika cinta menyapa…

Sudah lebih dari setahun cinta itu tidak datang menyapa. Saya kehilangan kabar tentangnya teramat lama. Padatnya perkuliahan dan amanah lainnya ternyata mampu membunuh rasa cinta yang tak terbalas itu. Yah, saya mungkin telah melewatkan dua atau tiga kesempatan untuk bertaaruf kembali dengannya. Hingga akhirnya cinta itu kembali menyapa. Yah, ketika cinta menyapa…

Cinta datang tiba-tiba

Cinta adalah anugerah yang kuasa

Cinta tak akan sia-sia

Ketika kau menyapa(OST. andai ia tahu)

Finally, saya memberanikan diri untuk PDKT kembali. Yah, inilah episode kedua Katakan Cinta bagi saya. Bahkan kali ini lebih dramatis dan mungkin lebih heroik. Andaluzzi, menjadi lokasi ’penembakan’ itu. Suasananya pun lebih romantis. Namun, dalam kamusnya para wartawan, romantis itu lebih tepat kalau diganti dengan deadline. Apapun itu bahasanya, apapun jawabannya nanti, saya tidak akan menyesal. Yah, saat ini cinta itu tidak hanya saya persembahkan untuknya, tapi juga untuk seseorang disana, untuk fajar yang terbenam.


Amanah Cinta

Dan jawaban darinya adalah sebuah amanah cinta. Cinta itu kali ini berbalas. Cinta itu kali ini mendapatkan jawabannya. Yah, akhirnya dia memberikan amanah cinta itu kepada saya. Amanah cinta yang begitu indah. Amanah cinta yang juga begitu berat. Entahlah, apakah saya akan amanah dengan cinta yang telah diserahkan olehnya.

Antara amanah dan cinta. Antara saya dan dia. Yah, apakah cinta itu akan terputus karena amanah. Yah, apakah saya dan dia akan dapat terus bersama. Kenapa yah amanah itu datang lebih awal dari cinta ? Mungkinkah amanah cinta darinya itu dapat terjaga. Yah, sebuah amanah dan cinta dari Forum Lingkar Pena Yogyakarta.

Izzuddin Al Qassam, 22 Desember 2006

Teruntuk Amanah dan Cinta…