Kesederhanaan Cinta Yang Membuat Kesempurnaan

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Kisah Puteri Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam yang bernama Siti Fatimah r.a. Gembira hatinya, gembiralah Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam Tertitis air matanya, berdukalah baginda. Dialah satu-satunya puteri yang paling dikasihi oleh junjungan Rasul selepas kewafatan isterinya yang paling dicintai, Siti Khadijah. Itulah Siti Fatimah r.a., wanita terkemuka di dunia dan penghuni syurga di akhirat.

Bersuamikan Sayyidina Ali bukanlah satu kebanggaan yang menjanjikan
kekayaan harta. Ini adalah kerana Sayyidina Ali yang merupakan salah seorang daripada empat sahabat yang sangat rapat dengan Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam, merupakan kalangan sahabat yang sangat miskin berbanding dengan yang lain. Namun jauh di sanubari Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam. tersimpan perasaan kasih dan sayang yang sangat mendalam terhadapnya.

Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam. pernah bersabda kepadanya,
“Fatimah lebih kucintai daripada engkau, namun dalam pandanganku engkau lebih mulia daripada dia.” (Abu Hurairah)

Wanita pilihan untuk lelaki pilihan.

Fatimah mewarisi akhlak ibunya Siti Khadijah. Tidak pernah membebani dan menyakiti suami dengan kata-kata atau sikap. Sentiasa senyum menyambut kepulangan suami hingga hilang separuh masalah suaminya. Dengan mas kahwin hanya 400 dirham hasil jualan baju perang kepada Sayyidina Usman Ibnu Affan itulah dia memulakan penghidupan dengan wanita yang sangat dimuliakan Allah di dunia dan di Akhirat.

Bukan Sayyidina Ali tidak mahu menyediakan seorang pembantu untuk isterinya tetapi sememangnya beliau tidak mampu berbuat demikian. Meskipun beliau cukup tahu isterinya saban hari bertungkus-lumus menguruskan anak-anak,memasak, membasuh dan menggiling tepung, dan yang lebih memenatkan lagi bila terpaksa mengandar air berbatu-batu jauhnya sehingga kelihatan tanda di bahu kiri dan kanannya.

Suami mana yang tidak sayangkan isteri. Ada ketikanya bila Sayyidina Ali
berada di rumah, beliau akan turut sama menyinsing lengan membantu Siti Fatimah menggiling tepung di dapur. “Terima kasih suamiku,” bisik Fatimah pada suaminya. Usaha sekecil itu, di celah-celah kesibukan sudah cukup berkesan dalam membelai perasaan seorang isteri. Di Padang Pasir

Suatu hari, Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam. masuk ke rumah anaknya. Didapati puterinya yang berpakaian kasar itu sedang mengisar biji-biji gandum dalam linangan air mata.

Fatimah segera mengesat air matanya tatkala menyedari kehadiran ayahanda kesayangannya itu. Lalu ditanya oleh baginda, “Wahai buah hatiku, apakah yang engkau tangiskan itu? Semoga Allah menggembirakanmu.”

Dalam nada sayu Fatimah berkata, “Wahai ayahanda, sesungguhnya anakmu ini terlalu penat kerana terpaksa mengisar gandum dan menguruskan segala urusan rumah seorang diri. Wahai ayahanda, kiranya tidak keberatan bolehkah ayahanda meminta suamiku menyediakan seorang pembantu untukku?”

Baginda tersenyum seraya bangun mendapatkan kisaran tepung itu.
Dengan lafaz BISMILLAH Baginda meletakkan segenggam gandum ke dalam kisaran itu. Dengan izin Allah, maka berpusinglah kisaran itu dengan sendirinya. Hati Fatimah sangat terhibur dan merasa sangat gembira dengan hadiah istimewa dari ayahandanya itu. Habis semua gandumnya dikisar dan batu kisar itu tidak akan berhenti selagi tidak ada arahan untuk berhenti,sehinggalah Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam. menghentikannya.

Berkata Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam. dengan kata-kata yang masyhur, “Wahai Fatimah, Gunung Uhud pernah ditawarkan kepadaku untuk menjadi emas, namun ayahanda memilih untuk keluarga kita kesenangan di akhirat.” Jelas, Baginda Rasul mahu mendidik puterinya bahawa kesusahan bukanlah penghalang untuk menjadi solehah.
Ayahanda yang penyayang terus merenung puterinya dengan pandangan kasih sayang, “Puteriku, mahukah engkau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kau pinta itu ?”
Tentu sekali ya Rasulullah,” jawab Siti Fatimah kegirangan.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam. bersabda, “Jibril telah mengajarku beberapa kalimah. Setiap kali selesai Sholat , hendaklah membaca ‘Subhanallah’ sepuluh kali, ‘Alhamdulillah’ sepuluh kali dan ‘Allahu Akbar’ sepuluh kali.
Kemudian ketika hendak tidur baca ‘Subhanallah’, ‘Alhamdulillah’ dan ‘Allahu Akbar’ ini sebanyak tiga puluh tiga kali.”...

Ternyata amalan itu telah memberi kesan kepada Siti Fatimah.
Semua kerja rumah dapat dilaksanakan dengan mudah dan sempurna meskipun tanpa pembantu rumah...

Itulah hadiah istimewa dari ALLOH buat hamba-hamba yang hatinya sentiasa mengingati-Nya.... WaBillahi Taufiq Wal Hidayah . . .

♥…….…………...♥ •.¸.•´♥………….………♥
───────────────█─█──────
──────████──█──█─█──────
──────█──█──█──█─█──────
──────████──█──█─█──────
─────────███████─█──────

♥✿✿•*¨`*•.♥ •✿.¸.✿•´♥ .•*¨`*•✿✿ ♥
♥ ✿•*¨`*•. (¯`v´¯) (¯`v´¯) .•*¨`*•✿ ♥
. . ♥ ✿ •*¨`*•.¸(¯`v´¯)¸.•´*¨`*•✿ ♥ .

(¯`v´¯)♥
`·.¸.·``(´'`v´'`)♥ Semoga Artikel Singkat Ini Bermanfaat untuk kita ♥
...♥♥...♥`•.¸.•´♥
.¸.•´¸.•*¨♥ ♥SALAM UHIBBUKUM FILLAH ♥ Aamiin ya Robbal 'alamiin ♥♫
(¯`v´¯)♥:♫* ღ☆ღ*¨*¤¤*¨*ღ☆ღ*♥.☆ღ*¤*ღ☆♥ღ☆ღ*¨*¤¤*¨*ღ☆ღ*♥.☆ღ
`·.¸.·`¸.·

❤ﷲ❤ Aku Ingin Dicintai Karena Allah ❤ﷲ❤

❤ﷲ•.¸✿❤ ﷲ ❤•.¸✿¸¸.ƸӜƷ.¸¸✿¸.•✿❤ﷲ ❤✿¸.•ﷲ
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم
لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Jika kau mencintaiku karena sifatku yang ceria...

Menjadi semangat yang menyala di dalam hati mu.

Kemudian aku bertanya...

Bila keceriaan itu kelam dirundung duka...

Seberapa muram cintamu kan ada?

Jika kau mencintaiku karena ketampananku...

Menyejukkan setiap mata yang memandangnya...

Kemudian aku bertanya...

Saat ketampanan itu memudar ditempuh usia...

Seberapa pudarkah kelak cintamu padaku?

Jika kau mencintaiku karena ramah hatiku...

Memberi kehangatan dalam setiap sapaanmu...

Kemudian aku bertanya..

Kiranya keramahan itu tertutup kabut prasangka...

Seberapa mampu cintamu memendam praduga?

Jika kau mencintaiku karena cerdasnya diriku...

Membuatmu yakin pada putusanku...

Kemudian aku bertanya...

Ketika kecerdasan itu berangsur hilang menua...

Seberapa bijak cintamu tuk tetap mengharapku?

Jika kau mencintaiku karena kemandirian yang ku miliki...

Menyematkan rasa bangga mu yang mengenalku...

Kemudian aku bertanya...

Jika di tengah itu rasa manjaku tiba menyeruak...

Seberapa tangguh cintamu tuk tetap bersamaku?

Jika kau mencintaiku karena tegarnya sikapku...

Menambatkan rasa kagum pada kokohnya pertahananmu...

Kemudian aku bertanya...

Andai ketegaran itu rapuh diterpa badai...

Seberapa kuat cintamu bertahan?

Jika kau mencintaiku karena pengertian yang ku berikan...

Menumbuhkan ketenangan karena kepercayaan yang ku tanam

Kemudian aku bertanya...

Kelak pengertian itu tertelan oleh ego sesaat...

Seberapa kau mampu mengerti cinta ini?

Jika kau mencintaiku karena luasnya danau kesabaranku...

Menambah dalamnya rasa cinta semakin kau mengenalku...

Kemudian aku bertanya...

Mungkin kesabaran itu mencapai batas membendung kesalahanku...

Seberapa besar cinta mampu memaafkan?

Jika kau mencintaiku karena keteguhan imanku...

Bagai siradj yang benderang mengantarkan cahaya...

Kemudian aku bertanya...

Kala iman itu jatuh menurun...

Seberapa berkurang akhirnya cintamu padaku?

Jika kau mencintaiku karena...

Ku yang tlah kau pilih sebagai cinta yang kan kau pegang sepanjang hayat...

Kemudian aku bertanya...

Pun hati ini tergoncang...

Seberapa mantap cinta ini tuk tetap setia?

Andai sejuta alasan tak cukup...

Untuk membuat cinta ini tetap bersama diriku...

Maka biar kupinta satu alasan tuk menjaga cinta ini...

Aku ingin kau cintai karena Allah...

Karena Dia kan selalu ada tuk menjaga...

Maka cintaku kan tetap utuh dan setia...

Hingga kelak, ku tak mampu lagi mencintaimu...

Karena cintaku berpulang pada-Nya...


(♥ Muslimah Solehah ♥)

Cinta Yang Tulus, Cinta Yang sebenrnya Dan Cinta Sampai Kesyurga

 Ada sebuah KISAH tentang totalitas CINTA 
yang dicontohkan ALLOH Azza Wa Jalla lewat kehidupan Rasul-Nya....

Pagi itu, meskipun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur`an. Barangsiapa mencintai Sunnahku, berarti mencintai aku. Dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersamaku."

Khotbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu per satu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik-turun menahan napas dan tangisnya. Utsman menghela napas panjang dan Ali Menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup, sedangkan di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba, dari luar pintu terdengar ada yang berseru mengucapkan salam.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tetapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah aku Ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri. Tetapi Rasulullah menanyakan mengapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah ?" tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu.
Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, mata beliau masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi.

"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak ?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku, 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan roh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini," lirih Rasulullah mengaduh.

Fatimah terpejam,
Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril ?" tanya Rasulullah kepada malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi, "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku…."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat ai manuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu"

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku,umatku, umatku"
Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.Kecintaan dan perhatian Rasulullah Saw kepada umatnya tak pernah lekang oleh waktu.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam telah bersabda, “Aku adalah pemimpin anak Adam di hari Kiamat dan yang pertama kali keluar dari bumi. Aku adalah pemberi syafaat pertama dan yang pertama diterima syafaatnya.”(shahih Muslim, VII, hal. 59)

Seperti dikisahkan dalam kitab Daqa’iq Al-Akhbar :
Ketika alam ini dalam keadaan sunyi karena semua makhluk Allah telah mati,
maka Allah menghidupkan malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Mereka lalu diperintahkan Allah untuk mencari kuburan Muhammad Sallallahu 'alaihi Wasallam. Setelah mereka menemukan makam beliau, maka malaikat Israil memanggilnya, “Wahai Muhammad, bangunlah untuk memutuskan hukum dan hisab serta untuk menghadap Zat Yang Maha Penyayang.”

Akhirnya pecahlah kubur tersebut, ketika itu, Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam duduk dalam kuburnya sedang membersihkan debu dari kepala dan jenggotnya. Lalu malaikat Jibril memberikan kepada beliau dua pakaian dan kendaraaan Buraq. Selanjutnya Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, hari apa ini?” Jibril menjawab, “Ini adalah hari kiamat, hari kerugian, hari penyesalan, hari Buraq, hari berpisah dan hari bertemu.”

Kemudian Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam berkata, “Wahai Jibril, gembirakanlah aku.” Jibril berkata, “Surga benar-benar telah dihias karena kedatanganmu, neraka telah ditutup.” Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam berkata kepada Jibril, “Aku tidak bertanya tentang hal tersebut tetapi aku meminta penjelasan kepadamu tentang umatku yang banyak berdosa, barangkali kamu meninggalkan mereka di Shirat (Jembatan penyebrangan yang ada diatas neraka).” Israfil menjawab, “Wahai Muhammad, demi kemuliaan Tuhanku, aku belum meniup Sangkakala untuk membangkitkan makhluk Allah sebelum kamu bangkit lebih dahulu.” Selanjutnya beliau berkata, “Sekarang hatiku bahagia dan menjadi segar mataku.” Kemudian Rasulullah Saw mengambil mahkota dan pakaian., setelah memakai mahkota dan pakaian beliau lalu naik Buraq.

Maha Suci Allah dan Rasul-Nya. Hal terakhir yang dipikirkannya sebelum Rasulullah meregangkan nyawa adalah umatnya, begitu juga ketika beliau Sallallahu 'alaihi Wasallam dibangunkan kembali pada hari perhitungan itu, hal pertama yang beliau pikirkan adalah umatnya. Betapa malunya hati ini yang telah begitu diperhatikan oleh Rasulullah, jungjungan kita, dari waktu ke waktu. Sedangkan umatnya seringkali lalai dan lupa hanya sekedar untuk bershalawat kepadanya diawal waktu kita memulai hari maupun diakhir hari kita.

Kini, mampukah kita mencinta sepertinya ?

♥ ALLOHUMMA SHALLI 'ALA MUHAMMAD WA BAARIK WA SALLIM 'ALAIHI ♥

Rindu ini begitu menggebu kepadamu yaa Rasulullah.. panggillah kami di hari perhitungan nanti sebagai umatmu yang diberi syafaat olehmu, Duhai Ra’ufun Rahim (yang penyantun dan penyayang)…Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka...

(¯`v´¯)♥
`·.¸.·``(´'`v´'`)♥ Smoga artikel Singkat ini memberikan manfaat...
...♥♥...♥`•.¸.•´♥
.¸.•´¸.•*¨♥♫♥ SALAM UHIBBUKUM FILLAH ♥ Aamiin ya Robbal 'alamiin ♥♫♥
(¯`v´¯)♥♥♥:♫*ღ☆ღ*¨*¤¤*¨*ღ☆ღ*♥.☆ღ*¤*ღ☆♥*ღ☆ღ*¨*¤*¨*ღ☆ღ*♥♫•
`·.¸.·`¸.·´¸.·´


Cintaku Padamu Karena Allah s.w.t


 

*******....** Cinta Karena Allah**....******
♥♥`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*♥♥

♥♥`*•.¸¸.•* (¸.•'´ (¸.•'´*¤* `'•.¸) `'•.¸) `*•.¸¸.•*♥♥


...ketika engkau bertanya, mengapa aku memilihmu?
aku menjawab ..., karena agamamu
ketika engkau bertanya, cukupkah hanya itu?
aku menjawab .., adakah yang lebih utama dari itu?


...Mungkin alasanku terlalu sederhana ...
Namun ku yakin engkau kan tahu, betapa mahal harganya
bahwa hal itu adalah sebuah kebenaran
bahwa alasan itu adalah sebuah kejujuran
bahwa sederhana itu adalah sebuah perjuangan



...aku memilihmu tuk menjadi yang halal bagiku
bukan adu gengsi atau mengikuti trend masa kini
bukan untuk jadi pacar atau lebih dari teman
bukan untuk menemaniku jalan-jalan atau makan-makan



...engkau mungkin kecewa ...,
engkau mungkin bertanya...,
mengapa aku tak pernah katakan "cinta"?
mengapa aku tak pernah bilang "sayang"?
mengapa kita tak pernah berpegangan tangan?
atau sekedar bertukar pandang ...?




Bagiku ...,
wanita sangatlah suci
bukan barang dagangan yang layak dipegang, kemudian dibeli
wanita sangatlah mulia
bukan barang contoh untuk dirasa, kemudian tawar harga


Bagiku ...,
wanita punya potensi sholehah
yang harus dijaga oleh siapa saja, tak hanya kedua orang tua
wanita punya hati yang bersih
yang tak boleh ternodai oleh ikatan yang tak resmi


cintaku adalah bukti ...
cintaku adalah ujian ...
cintaku adalah proses ...
Bagaimana aku mencintai Allah, dengan memuliakan wanita
Bagaimana aku mencintai Rasulallah, dengan menjaga nasab umatnya
Bagaimana aku mengamalkan ilmu, tak sekedar membaca atau membicarakannya


Mari memohon kepada Tuhan kita, dengan menjaga wajib kita
Mari bermunajat kepadaNya, di sepertiga malam kita
Mari membaca dan bertanya, Bagaimana kita mengamalkannya
Mari jaga dhohir dan bathin kita, tuk meraih ridlo dan berkah-Nya
Mari bersabar, halalkan segera


Aku teguh memilihmu karena Allah
Aku ikhlas engkau tolak karena Allah
karena aku menyempurnakan agamaku karena Allah
dan aku kembalikan semua, hanya kepada Allah.


khitbah (lamaran) ku adalah bukti cintaku
Ikhtiarku adalah bukti sayangku
tunduk pandanganku dan lumpuh ragaku adalah bukti aku menjagamu
dan aku melakukan semua ini ....
adalah bukti aku ingin menggapai ridlo Tuhanku
bukti aku ingin mendapat syafaat Rasulku,
bersamamu ...